Rabu, 24 Juni 2015

LATAR BELAKANG RAS KUCING SPHYNX



hamster, guppy, freelance, indonesia, jual hamster, jual guppy, jual hewan, jual tikus, jual kandang,
-visit us: @Mr_ikky and Friends-

Sejarah Kucing Sphynx

Pada tahun 1960, sepasang kucing lokal asal Kanada yang berbulu pendek melahirkan anak-anak tanpa bulu. Sejak saat itu program pengembangbiakan kucing-kucing tanpa bulu tersebut dimulai. Pada tahun 1970, Cat Fanciers Association (CFA) memberikan status kucing tanpa bulu sebagai ras "Canadian hairless". Tetapi, setahun kemudian CFA menarik kembali keputusannya karena adanya masalah pada kesehatan dan perkembangbiakan ras tersebut. Pada saat pula ditetapkan bahwa gen yang berhubungan dengan ketiadaan bulu dianggap mematikan (letal). Akhirnya kucing-kucing tanpa bulu beserta keturunannya tersebut menjadi punah. Selang beberapa tahun, pada tahun 1975, pemilik pertanian di Minnesota bernama Milt dan Ethelyn, memiliki seekor anak kucing tanpa bulu yang lahir dari kucing domestik (normal) di pertanian mereka yang bernama  Jezabelle. Tahun berikutnya kembali lahir kucing tanpa bulu tersebut. Kedua anak kucing ini diberi nama Epidermis dan Dermis. Kedua kucing tanpa bulu ini dibeli olah seorang peternak kucing (breeder) kucing dari Oregon bernama Kim Mueske. Keturunan Dermis dan Epidermis ini yang kemudian disebut sebagai garis keturunan Pearson.

Sementara itu di Minnesota, seorang breeder lain bernama Georgiana Gattenby juga mencoba mengembangbiakkan ras kucing tanpa bulu dari induk lain bernama Pearson yang kemudian berhasil melahirkan anak tanpa bulu. Lalu, Gattenby mengawinkan kucing-kucingnya tersebut dengan ras Devon rex untuk memperkuat sifat-sifat genetiknya. Kucing-kucing dari perkawinan silang ini terbukti sehat dan diberi nama Sphynx. Nama tersebut diambil dari patung Sphinx besar yang berada di Giza, Mesir.
Pada tahun 1979, induk kucing tanpa bulu bernama Bambi melahirkan dua ekor kucing tanpa bulu yang diberi nama Punkie dan Paloma. Bambi merupakan kucing tanpa bulu milik peternak kucing (breeder) asal Kanada yang bernama Shirley Smith. Pada tahun 1983, Smith mengirimkan Punkie dan Paloma kepada Dr. Hernandez di Belanda untuk dikembangbiakkan. Kemudian, Dr. Hernandez mencoba mengembangbiakkan kedua kucing tersebut dengan mengawinkannya dengan kucing ras Devon rex.
Kucing-kucing keturunan Punkie, Paloma dan Pearson (Dermis dan Epidermis) inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan kucing ras sphynx. Keempat kucing itu juga yang menjadi nenek moyang sebagian besar kucing sphynx yang ada saat ini.

Masalah kesehatan

Secara umum, kucing sphynx terkenal sebagai kucing yang sehat dan kuat. Namun, tidak adanya bulu tebal yang menutupi tubuhnya seringkali menimbulkan masalah kesehatan. Ketiadaan bulu tersebut biasanya membahayakan anak kucing sphynx yang baru lahir dan menyebabkan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan.
Kucing ini juga memiliki sistem pencernaan yang cukup sensitif, terutama pada saat masih kecil. Kucing sphynx akan mengalami diare selama berminggu-minggu jika diberi obat bius dan obat-obatan lain, serta makanan yang mengandung kadar protein kurang dari 80 persen. Penyakit diare tersebut juga bisa muncul jika kucing ini berpindah rumah atau diadopsi oleh pemilik baru.
Selain itu, kucing ras sphynx juga rentan terkena penyakit-penyakit kucing pada umumnya. Oleh karena itu, kucing sphynx wajib diberi imunisasi ketika masih kecil untuk menghindari penyakit-penyakit kucing yang parah dan mungkin dapat menular.


sumber: id.wikipedia.org
Add to Cart

0 komentar:

Posting Komentar